Apa itu Puasa Asyura?
Hello Sobat Medantara! Pada kesempatan kali ini, kita akan membahas mengenai salah satu amalan penting dalam agama Islam yaitu puasa Asyura. Puasa Asyura dilakukan pada tanggal 10 Muharram, bulan pertama dalam kalender Hijriyah. Puasa ini sudah dilakukan sejak zaman Rasulullah SAW dan dianggap sebagai salah satu puasa sunnah.
Sejarah Puasa Asyura
Puasa Asyura memiliki sejarah yang panjang dan menarik. Menurut riwayat, puasa ini pertama kali dilakukan oleh Nabi Musa AS dan umatnya ketika mereka berhasil keluar dari perbudakan di Mesir. Pada hari yang sama, Allah SWT menyelamatkan Nabi Musa AS dan umatnya dari kejaran Firaun dengan membelah Laut Merah. Sejak itulah, Nabi Musa AS dan umatnya memperingati hari tersebut dengan berpuasa.
Di zaman Rasulullah SAW, puasa Asyura tetap dilakukan dan dianjurkan untuk dilakukan bersamaan dengan puasa Arafah. Namun, setelah terjadi peristiwa Karbala pada tahun 61 H, puasa Asyura menjadi semakin penting bagi umat Islam. Pada hari itu, cucu Rasulullah SAW yaitu Imam Husain dan keluarganya dibantai oleh pasukan Yazid di Karbala. Puasa Asyura menjadi simbol pengorbanan dan kesabaran Imam Husain dalam memperjuangkan kebenaran.
Keutamaan Puasa Asyura
Puasa Asyura memiliki banyak keutamaan yang terkait dengan sejarahnya. Salah satu keutamaan puasa ini adalah dapat menghapus dosa-dosa selama setahun yang lalu. Selain itu, puasa Asyura juga dapat memperoleh rahmat dan keberkahan dari Allah SWT, serta dapat memperbaiki hubungan dengan sesama umat manusia.
Menurut hadis, Rasulullah SAW bersabda, “Puasa Asyura adalah penghapus dosa setahun yang lalu.” (HR. Muslim) Hadis ini menunjukkan bahwa puasa Asyura dapat membantu umat Islam untuk memperbaiki diri dan memohon ampunan dari Allah SWT.
Cara Melakukan Puasa Asyura
Puasa Asyura dilakukan pada tanggal 10 Muharram dan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu puasa penuh atau puasa sehari sebelum atau sesudah tanggal 10 Muharram. Puasa penuh pada tanggal 10 Muharram disunahkan oleh Rasulullah SAW, namun disarankan untuk juga melakukan puasa sehari sebelum atau sesudahnya.
Adapun syarat sahnya puasa Asyura adalah sama dengan puasa sunnah lainnya yaitu niat, tidak makan dan minum dari terbit fajar hingga terbenam matahari, dan tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa seperti berhubungan suami istri dan muntah-muntah. Selain itu, Rasulullah SAW juga menganjurkan untuk berbuat baik pada hari Asyura dengan memberi sedekah atau mengunjungi saudara dan teman.
Makna Puasa Asyura
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, puasa Asyura memiliki makna yang dalam dan terkait dengan sejarahnya. Puasa ini menjadi simbol pengorbanan dan kesabaran dalam memperjuangkan kebenaran. Di samping itu, puasa Asyura juga dapat menjadi sarana untuk menjaga kebersamaan dan keharmonisan dalam masyarakat.
Sebagaimana yang kita ketahui, peristiwa Karbala pada tahun 61 H menjadi momen penting dalam sejarah umat Islam. Perjuangan Imam Husain dalam memperjuangkan kebenaran dan keadilan menginspirasi banyak orang untuk tidak takut dalam memperjuangkan kebenaran. Namun, di balik perjuangannya tersebut, Imam Husain juga menunjukkan bagaimana kebersamaan dan keharmonisan dapat dijaga meskipun dalam situasi yang sulit.
Imam Husain memilih untuk berkorban demi kebenaran, namun tidak meninggalkan umatnya begitu saja. Ia memberikan pesan kepada umatnya untuk tetap memperjuangkan kebenaran dan menjaga hubungan baik dengan sesama umat manusia. Dalam hal ini, puasa Asyura menjadi ajang untuk mengingat pesan tersebut dan menjaga kebersamaan dan keharmonisan dalam masyarakat.
Kesimpulan
Demikianlah pembahasan mengenai puasa Asyura. Puasa ini bukan hanya sekedar amalan sunnah, namun juga memiliki makna yang dalam terkait dengan sejarah dan pesan moral. Puasa Asyura dapat menjadi sarana untuk memperbaiki diri, memohon ampunan, dan menjaga kebersamaan dan keharmonisan dalam masyarakat. Semoga kita dapat menjalankan puasa Asyura dengan baik dan memperoleh rahmat dan keberkahan dari Allah SWT. Amin.